============================================================================================ ============================================================================================

Sunday, March 10, 2013

Beberapa pengalaman kisah nyata seseorang mengenai rokok

                      


          



JENDERAL SOEDIRMAN: Kisah Seorang Perokok Berat 
         
          Di Jakarta, tubuhnya yang ringkih diabadikan dalam bentuk patung setinggi 6,5 meter di atas penyangga 5,5 meter. Menghadap utara, dibalut jas yang kedodoran, ia memberi hormat–entah kepada siapa. Barangkali, hanya sedikit cerita yang kita ingat dari Soedirman, sejumput kenangan dari buku sejarah sekolah menengah. Ia panglima tentara yang pertama, orang yang keras hati. Ia pernah bergerilya dalam gering yang akut–tuberkulosis menggerogoti paru-parunya.

         Sejak remaja, Soedirman doyan merokok. Bahkan, ia masuk dalam golongan perokok berat. Rokok Soedirman kretek tak bermerek. Disebutnya tingwe alias nglinthing dewe, yang artinya ”meramu sendiri”. Kebiasaan mengisap tembakau membuat Soedirman mengalami gangguan pernapasan. Kondisi kesehatannya pun semakin menurun sejak pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun, Jawa Timur.


          Pada akhir September 1948, Soedirman mengeluh ke Alfiah bila dia tak bisa tidur selama di Madiun. Soedirman begitu terpukul menyaksikan pertumpahan darah di antara rakyat Indonesia itu. Peristiwa Madiun membuat batin Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia ini nelangsa. Malam itu, kondisi kesehatan Soedirman turun. Namun, ia tetap mandi dengan air dingin. Saran sang istri agar mandi air hangat tak ia indahkan.

      Kendati sakit, kegemarannya merokok tetap tak bisa ia hilangkan. Sesekali, sembari terbaring, Soedirman mengisap rokok kretek. Melihat itu, istrinya hanya diam, tak berani melarang. Karena bandel, Soedirman tidak juga pulih. Bahkan, tim dokter tentara mendiagnosis ia menderita tuberkulosis, infeksi paru-paru. Tak percaya akan hasilnya, keluarga meminta pemeriksaan ulang oleh dua dokter tentara senior, Asikin Wijayakusuma serta Sim Ki Ay. Dan jawabannya sama dengan observasi pertama. Soedirman pun dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

          Akhirnya tim dokter memutuskan operasi penyelamatan dengan membuat satu paru-parunya tak berfungsi. Pasca-operasi, menurut Soegiri, tim dokter berbohong kepada Soedirman. Mereka mengatakan operasi itu cuma mengangkat satu organ kecil di paru-paru yang menghambat saluran pernapasan. Sedangkan kata Teguh, dokter memberitahukan ibunya perihal operasi itu. Sejak itu, Soedirman bernapas dengan separuh paru-paru.
Usai menjalani operasi paru-paru pada November 1948, Soedirman hidup dengan sebelah paru. Ia pun harus mengonsumsi banyak obat. Seperti codeine untuk mengobati gangguan pernapasan dan kinine bagi penyakit malarianya.

           Meski sakit, sang Jenderal tidak sulit makan. Bahkan, ia tak pernah memilih-milih menu. Semua makanan yang disediakan dapur umum dia santap. Pilihan makanannya pun tidak beda dengan dengan jatah seluruh prajurit. Apalagi waktu itu masa gerilya, semua serba seadanya. Kadang nasi berteman rebusan daun lembayung, kadang-kadang tempe.

          Pada Ahad pagi, 29 Januari 1950, setelah lama terkulai lemas sejak Oktober di rumah peristirahatan tentara di Magelang, mendadak wajah Soedirman tampak cerah. Pagi itu, Ahmad Yani, Gatot Soebroto, serta beberapa petinggi militer dan sipil hadir. Setelah salat magrib, Soedirman memanggil istrinya ke kamar. Di dalam, dia berkata, “Bu, aku sudah tidak kuat. Titip anak-anak. Tolong aku dibimbing tahlil.” istrinya menuntunnya mengucap Laa Ilaha Illallah, dan Soedirman mengembuskan napas terakhir.

Kisah Sandi, Bocah 4 Tahun yang Suka Merokok dan Berbicara Kotor di Malang

          Melihat pipinya yang tembem dan badannya yang gendut seperti pesinetron dan bintang iklan berusia bawah lima tahun (balita), Baim, tentu bisa menggemaskan banyak orang. Pipi tembem dan tubuh gendut ini juga dianugerahkan Sang Khalik kepada balita Sandi Adi Susanto yang kini tinggal di Jl Nusakambangan 19C, Kota Malang.

          Apabila balita ini diam dan tertidur, orang yang melihat dapat dipastikan juga akan merasa gemas dengan bocah ini. Apalagi, omongannya begitu tegas dan blak-blakan apa adanya. Namun, ternyata bocah yang lahir pada 18 Februari 2006 ini berbeda dengan balita pada umumnya. Kalau balita lain kebanyakan senang mengisap jempol tangan dan oleh orangtua dijauhkan dari hal yang dapat menyebabkan sakit, justru Sandi sangat senang mengisap rokok dan berkata kotor atau mengumpat.

          Ditanya siapa namanya, balita itu dengan tegas menjawab Sandi Macan. Namun, beberapa saat kemudian dia mengubah namanya menjadi Sandi Wedhus. Sandi mengaku berusia tiga tahun. Sandi juga menceritakan sejumlah merek rokok yang disukai. ”Rokok ini enak sekali,” kata Sandi sambil mengisap dalam-dalam asap rokok merek tertentu.

          Sandi selama ini memang tak pernah bermain dengan bocah-bocah sebayanya. Dia lebih memilih bermain dengan orang dewasa. Informasinya, pernah Sandi diajak bermain panjat pohon dengan bocah sebayanya. Begitu teman-temannya berada di atas pohon, Sandi menegurnya dengan kata-kata kotor. Tentu saja teman-temannya ketakutan.

             Sejumlah jukir yang siang itu berada di depan Gedung Gajayana membenarkan jika Sandi perokok berat. Namun soal berapa batang atau berapa bungkus yang dihabiskan tidak ada satupun yang bisa memastikan, alias tidak bisa menghitung. Bagaimana tidak, tiap kali ada orang di dekatnya membawa rokok, Sandi selalu minta sebatang dan langsung disedot.
Tampaknya, hidup Sandi lebih banyak dihabiskan dengan teman-temannya di pinggir jalan ketimbang di pelukan kedua orangtuanya. Sang ayah, Mulud Riadi sibuk mencari uang untuk mempertahankan kepulan asap dapur sebagai tukang bangunan dari pagi hingga petang. Sedangkan Mujiati menghabiskan waktu di rumah orang lain yang harus dijaganya dari pukul 08.00 WIB hingga malam. Paling cepat pukul 22.00, Sandi kembali ke pelukan mereka.

           Seorang pedagang rokok yang kiosnya berada di depan Gedung Gajayana, Ny Rebo, mengungkapkan, Sandi memang suka merokok. Selama ini dia tak pernah membeli dengan uangnya sendiri. Biasanya Sandi dibelikan rokok oleh teman-temannya yang telah dewasa.
Sandi mulai suka merokok ketika baru dapat berjalan yaitu sekitar usia 1,5 tahun saat mereka masih tinggal di kawasan Kepuh, Kecamatan Sukun, Kota Malang . Ketika itu, pagi hari setelah bangun tidur Sandi meminta dibuatkan segelas kopi dan minta sebatang rokok.
Melihat perilaku anaknya itu, Mujiati mengaku belum pernah memeriksakan ke psikolog. Mujiati maupun sejumlah warga menganggap apa yang menimpa Sandi itu bukan kelainan, tetapi akibat ‘ditempeli’ neneknya yang sudah meninggal.

            Atas desakan keluarga dan masyarakat akhirnya balita Sandi diasuh oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan dalam proses rehabilitasi agar tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya. Setelah diterapi secara intensif sebulan lebih, akhirnya balita Sandi Adi Susanto, sembuh total dari kebiasaan merokok.

          Bocah berusia empat tahun itu menjalani rehabilitasi dari kecanduan nikotin dan penyembuhan kebiasaan berkata kotornya di Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang. Menurut dr Mardhani Yoso Prawoto SpA (K) dari tim yang menangani Sandi, balita itu sekarang sudah total berhenti merokok dan mengumpat. Seusai keluar dari rumah sakit, Sandi harus mendapatkan lingkungan baru yang baik sehingga tidak ada lagi gangguan dari orang-orang dewasa yang menawarinya rokok atau mengajarinya berkata jorok.




Pengalaman Mantan Perokok: Bambang Heryanto 

          
          Saya merokok sejak masih SMA. Dan ini berjalan  sampai lulus kuliah, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Total ada 10 tahun terus-menerus saya merokok. Banyak teman SMA serta teman kuliah apabila bertemu suka bertanya ” Masih merokok apa tidak?”. Hal ini disebabkan oleh karena saya dulu cukup kuat merokok. Banyak merk rokok yang sudah pernah saya coba dalam waktu lama. Djarum 3 (saat itu ada rokok kretek keluaran Djarum yang 1 bungkusnya hanya berisi 3 batang), Djarum 5, Djarum D, Djarum filter, Bentoel Biru, Bentoel Kretek yang berisi 20 batang. Namun yang akhirnya menjadi pilihan terakhir saya adalah Gudang Garam Filter. Sehari saya menghabiskan 2 bungkus rokok. Saya sehari menghabiskan 1 bungkus Gudang Garam Filter isi 16 dan isi 12. Saat itu harganya 650 rupiah untuk isi 16 batang dan 350 rupiah  untuk yang berisi 12 batang. 

           Sejak pertama kali mengenal rokok saya sudah mencoba berhenti. Namun ternyata tidak mudah. Apa yang saya rasakan ternyata tidak sama dengan perokok yang lain. Para perokok selalu mengatakan mulutnya kecut kalau tidak merokok. Saya tidak merasakan hal seperti itu. Hanya saja saya merasa sesak napas kalau tidak merokok. Para perokok mengatakan pilih rokok daripada makan. Namun saya tidak pernah merasakan nikmatnya merokok saat perut kosong. Saat perut kosong asap rokok akan membuat perut saya perih. Namun rasa perih ini saya tahan karena apabila tidak merokok dada saya sesak, badan lemas entah kenapa. Padahal  saya bukan pengidap asma Sering saya mencoba berhenti merokok. Bahkan sangat sering. Saat itu saya tidak bisa mengurangi karena entah mengapa setiap kali saya berniat mengurangi rokok, justru yang saya hisap malah lebih banyak dari biasanya!

           Pernah saya bertahan tidak merokok hampir sehari. Namun pada jam 21.00 pertahanan saya jebol juga. saya melanggar niat berhenti merokok itu dan mengisap sebatang. Namun karena sudah tidak merokok selama hampir sehari rasa rokok itu menjadi aneh. Habis sebatang  mulut menjadi terasa tidak enak dan dada terasa sesak. Untuk menghilangkan rasa sesak dan tidak enak itu terpaksa saya merokok lagi. Ternyata masih tidak enak. Merokok lagi dan pada rokok yang ke 4 saya merasa enak. Rokoknya terasa enak dan ada tidak sesak lagi. Ternyata hal tersebut menunjukkan saya sudah kecanduan. Karena sebagai zat addiktif nikotin memberikan 2 efek yaitu psikologis memberi rasa tenang  serta fisiologis dimana nikotin merangsang sistem saraf sehingga kita merasa nyaman yang mendorong kita untuk terus mencari rasa nyaman tersebut. Dan ternyata efek nikotin berbanding lurus dengan dosis yang digunakan. Apabila pada mulanya kita sudah merasa nyaman dengan nikotin dari sebatang rokok, pada akhirnya dosis tersebut akan mencapai titik jenuh. 
            
            Saya punya pengalaman berhenti merokok selama beberapa hari namun kambuh lagi karena saya mau berkompromi, mencoba merokok lagi dengan anggapan karena sudah berhenti maka tidak akan ada keinginan untuk merokok lagi. Namun ternyata gagal. Maka kali ini saya berencana tidak akan berkompromi Dan benar. Saya merokok 3 bungkus sampai dini hari. Saya harus habiskan rokok terakhir saya. Dini hari saya tidur setelah rokok saya habis Esoknya saya bangun dengan rasa seperti biasa saya rasakan setiap kali berhenti merokok yakni sesak napas dan lemas. Terlebih saat itu saya ingat bahwa ini adalah hari pertama janji saya untuk berhenti merokok membuat sesak napas dan lemas saya semakin terasa.

           Saya benar-benar sudah bulatkan tekad saya. Saat keinginan merokok itu muncul saya tidak melawan dengan cara yang biasa orang ajarkan yakni makan permen tetapi saya ganti dengan makan apa saja, nasi, jajan atau yang lain. Setiap kali ada rasa ingin merokok maka saya makan. Namun kalau perasaan itu sangat kuat maka saya mandi keramas. Tetapi kalau sudah tidak tertahan lagi saya kemudian mencoba tidur. Sangat berat  dan menyakitkan karena saya menghentikan kebiasaan merokok ini secara tiba-tiba. Sebagaimana saya sampaikan, saya tidak bisa mengurangi karena apabila saya coba kurangi, yang terjadi adalah rokok yang saya konsumsi justru menjadi lebih banyak.

          Kebiasaan merokok membuat otak kita akhirnya terbiasa dengan “asupan” nikotin. Syaraf sudah terbiasa dengan nikotin. Saat berhenti merokok secara tiba-tiba otak masih belum mampu menerima hal tersebut. Otak masih menyimpan rekaman tentang keberadaan nikotin dalam tubuh sehingga reaksinya sama dengan keadaan saat nikotin masih berada dalam tubuh. Selama masa “perjuangan” tersebut saya tidak keluar rumah sama sekali. Saya juga tidak mau menemui orang, khususnya teman-teman saya. Saya betul-betul di rumah dan kegiatan saya adalah: makan dan makan, mandi, tidur. “Beruntung” saat itu saya baru berhenti bekerja (saat itu saya berwirausaha) sehingga saya bisa mengurung diri di rumah.

           Dalam waktu singkat bobot saya naik 5 kg, bahkan 8 kg. Siksaan sesak dan lemas makin lama makin berkurang sekalipun tidak sama sekali hilang. Namun karena dari pengalaman setiap kali saya coba-coba merokok lagi akan berakhir dengan ketagihan maka saya tidak mau lagi coba-coba Sampai sekarang ini sudah 21 tahun saya tidak merokok. Keinginan merokok itu kadang masih muncul bahkan kadang muncul dalam mimpi saya. Bahkan dalam mimpipun saya sering merasa menyesal telah merokok lagi. Untung itu hanya dalam mimpi. Saya tidak mau coba-coba lagi karena saya tahu apabila saya coba-coba lagi akibatnya akan keterusan. Berhenti merokok bukanlah persoalan mudah. Itulah sebabnya menurut penelitian hanya 3% perokok yang mampu berhenti total merokok. Berhenti merokok bukanlah persoalan mudah. berhenti merokok itu sangat sulit dan sangat berat namun apabila kita punya niat yang sangat kuat maka kita akan bisa menghentikannya.

Kisah Seorang Gadis yang Meninggal Karena Jadi Perokok Pasif

'Bagi para ortu perokok, aku mohon banget supaya ngerokok sejauuuh mungkin dari anaknya walau sampai anak dewasa supaya jauh dari kemungkinan terkena flek paru'.

         
Begitulah tulisan Noor Atika Hasanah dalam statusnya di Facebook dan Twitter, tiga hari sebelum kematiannya yang mengagetkan rekan-rekannya di jejaring sosial. Bagaimana teman-temannya tidak kaget, karena 10 jam yang lalu, perempuan kelahiran 8 November 1982 itu masih sempat membuat status di Twitter dan Facebook. Dalam status Facebook dan akun Twitternya @tikuyuz, perempuan yang oleh teman-temannya disapa Tika ini menulis status terakhirnya, bahwa ia sudah satu malam berada di RS Sulianti Saroso Sunter dan sedang menunggu hasil infeksinya.

          Namun tiba-tiba pada Kamis 30 Desember 2010 pukul 14.00 WIB, dikabarkan perempuan manis tersebut telah meninggal dunia. Tika adalah salah satu korban yang meninggal akibat perokok pasif. Dalam status-statusnya Tika menegaskan dia tidak merokok tapi dia adalah korban dari asap si perokok.
Dia menulis dirinya terkena flek paru dan divonis dokter menderita Bronchopneumonia Duplex. Meski sudah divonis menderita penyakit paru parah, dia mengaku tidak menyerah dengan penyakit ini.

"Well, hello Bronchopneumonia Duplex! I'm not afraid of you :))," kata Tika dalam status Twitternya pada 24 Desember 2010.

            Akibat penyakitnya ini Tika mengaku berat badannya melorot hingga 35 Kg padahal normal berat badannya 42 Kg. Penyakit ini telah membuatnya sering mengalami sesak napas, batuk keras dan pilek. Kematian Tika kembali menyadarkan orang betapa bahayanya efek merokok walaupun kita bukan perokok. Sudah tak terhitung berapa banyak korban sakit paru-paru dari orang yang bukan perokok. Terperangkap dalam lingkaran para perokok, membuat si perokok pasif punya potensi 30 persen terkena penyakit mematikan mulai dari flek paru hingga kanker paru-paru.

            Perokok pasif biasanya menghirup asap yang berasal dari pembakaran rokok dan juga asap yang dikeluarkan oleh seorang perokok aktif. Menjadi perokok pasif sebenarnya tanpa disadari telah membuat seseoran menjadi perokok. Biasanya perokok pasif ini berada di rumah, mobil, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya seperti bar. Untuk melihat seberapa besar perokok pasif terpapar asap rokok dapat diuji dengan mengukur kadar nikotin, cotinine dan karbon monoksida dalam darah, air liur atau urinnya. Cotinine ini adalah suatu hasil produk metabolisme nikotin dalam tubuh.

           Diperkirakan orang yang menjadi perokok pasif berpeluang terkena kanker paru-paru 20 sampai 30 persen. Tapi jika perokok pasif tersebut tinggal bersama dengan seorang perokok aktif maka peluangnya menjadi lebih besar. Karena ada kemungkinan orang tersebut terpapar asap rokok setiap harinya, sehingga akumulasi dari zat-zat kimia tersebut semakin besar. Beberapa penelitian lain menunjukkan asap rokok tak hanya menimbulkan kanker paru-paru saja, tapi juga kanker payudara, kanker rongga sinus hidung, leukimia, limfoma dan tumor otak pada anak-anak. Tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk hubungannya dengan kanker-kanker ini.

           Paparan dari asap rokok ini bisa mengiritasi saluran udara dan memiliki efek bahaya langsung terhadap jantung dan pembuluh darah. Di Amerika Serikat sendiri perokok pasif telah menyebabkan penyakit jantung sebesar 46.000 setiap tahunnya. Jika Anda seorang perokok pasif dan tidak ingin terkena kanker paru-paru, sebaiknya hindari tempat-tempat yang memiliki asap rokok serta cobalah untuk tidak terlalu dekat dengan perokok. Selain itu, perbanyak makanan yang mengandung antioksidan dan terapkan pola hidup sehat. Dan buat para perokok menjauhlah agar orang-orang terdekat Anda tidak menjadi korban.

Pengalaman Seseorang Berhenti Merokok di Bulan Puasa

            Momen puasa sangat membantu bagi yang punya niat berhenti merokok. Seorang mantan perokok berat telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok tidak hanya berhenti saat puasa saja, tetapi bisa berlanjut hingga ke bulan-bulan berikutnya.

            Saryono (28 tahun), seorang sopir di sebuah perusahaan jasa transportasi dan pengiriman barang sudah mengenal rokok sejak SMP. Bukan cuma rokok filter yang dihisapnya, laki-laki asal Cilacap ini dulunya juga merokok kretek dan tembakau linting yang kadang dicampur kemenyan. Kesadaran untuk berhenti merokok bisa dibilang agak terlambat, karena baru dialaminya sekitar tahun 2009 ketika ia mulai sering batuk-batuk dan napasnya mulai sering sesak. Beberapa kali ia mencoba untuk berhenti merokok, namun gagal karena ia merasa sudah dalam tahap kecanduan.

           Akhirnya, laki-laki beranak satu ini menemukan momen yang tepat untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Tepat pada bulan Ramadan di tahun tersebut, ia membulatkan tekad untuk benar-benar stop merokok sama sekali tanpa harus dikurangi sedikit-sedikit. "Sangat terbantu, karena selama Ramadan itu banyak kegiatan. Dari saya sendiri juga sudah ada keinginan kuat untuk berhenti merokok, akhirnya waktu itu bisa berhenti sama sekali" tutur Saryono.

          Begitu juga setelah bulan puasa berakhir, Saryono masih berhasil menjaga jarak dengan rokok di bulan-bulan berikutnya. Keluhan batuknya mulai berkurang, serak-serak dan juga sesak napas juga sudah tidak dialaminya lagi semenjak jauh dari rokok. Hanya saja, pengaruh lingkungan kerja yang memang didominasi oleh para perokok menjadi tantangan berat bagi Saryono yang sudah pernah begitu merasakan nikmatnya menghisap tembakau. Akhirnya setelah setahun menyatakan diri bersih dari rokok, laki-laki ini terjerumus lagi. "Iya, akhirnya memang merokok lagi. Tapi setidaknya saya sudah berhasil selama setahun. Rokoknya juga sudah tidak sekencang dulu, sampai sekarang paling banyak sehari 2 bungkus dan bukan tembakau linting lagi. Cuma rokok putih, yang mild saja beraninya," kata Saryono.

          Tahun ini, Saryono ingin memanfaatkan momen yang sama yakni bulan puasa untuk mengulang kisah suksesnya 3 tahun silam. Hingga hampir sepekan berpuasa, ia berhasil melawan godaan rekan-rekan kerjanya yang selalu merokok bersama saat berbuka maupun setelah sahur. Belajar dari kesalahan sebelumnya, Saryono yakin kali ini dirinya bakal benar-benar berhenti merokok untuk selamanya. Tekadnya sudah bulat, istri mendukung dan dari dirinya sendiri mulai ingin serius memikirkan kebutuhan anaknya yang kini sudah berusia 4 tahun dan akan segera masuk TK.


=========================================================

Tuliskan jika anda pernah mendengar kisah unik lainnya berkaitan dengan rokok, anda juga bisa menceritakan seseorang disekitar anda yang memiliki pengalaman dengan rokok.
Komentar:


    

3 comments:

  1. nice, tapi untuk kembangin niat masih belum cukup. niat yang susah kk.

    ReplyDelete
  2. saya mulai merokok saat kelas 2 sma, saat ayah saya keluar rumah , saya dan saudara2 merokok bersama gudang garam sehabis makan.Nikmat sekali rasanya. Dan saat sy kuliah di malang mulai rutin konsumsi rokok jadi kesimpulannya mulai rokok tahun 1989 tiba2 tahun 2016 setelah 26 tahun ada tekad kuat berhenti, wah sulit memang, setiap siang minta ijin pimpinan tidur di ruang gudang arsip karena ngantuk dan lemas banget. tdk sia2 perjuangan sekarang sdh sekitar 8 bulan bebas rokok sama sekali.teman kantor masih jalan terus rokoknya. sekarang sdh melewati titik kritis, sama sekali tdk ingin merokok lagi..sebetulnya gampang sekali berhenti merokok cuma modal tekad doang spt baja tapi.

    ReplyDelete
  3. apakah ada review tentang orang yang berhenti merokok dengan mengkonsumsi permen?

    ReplyDelete