JENDERAL SOEDIRMAN: Kisah Seorang
Perokok Berat
Di Jakarta,
tubuhnya yang ringkih diabadikan dalam bentuk patung setinggi 6,5 meter di atas
penyangga 5,5 meter. Menghadap utara, dibalut jas yang kedodoran, ia memberi hormat–entah
kepada siapa. Barangkali, hanya sedikit cerita yang kita ingat dari
Soedirman, sejumput kenangan dari buku sejarah sekolah menengah. Ia panglima
tentara yang pertama, orang yang keras hati. Ia pernah bergerilya dalam gering
yang akut–tuberkulosis menggerogoti paru-parunya.
Sejak remaja,
Soedirman doyan merokok. Bahkan, ia masuk dalam golongan perokok berat. Rokok
Soedirman kretek tak bermerek. Disebutnya tingwe alias nglinthing
dewe, yang artinya ”meramu sendiri”. Kebiasaan mengisap tembakau
membuat Soedirman mengalami gangguan pernapasan. Kondisi kesehatannya pun
semakin menurun sejak pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun, Jawa
Timur.
Pada akhir
September 1948, Soedirman mengeluh ke Alfiah bila dia tak bisa tidur selama di
Madiun. Soedirman begitu terpukul menyaksikan pertumpahan darah di antara
rakyat Indonesia itu. Peristiwa Madiun membuat batin Panglima Besar Angkatan
Perang Republik Indonesia ini nelangsa. Malam itu, kondisi kesehatan Soedirman
turun. Namun, ia tetap mandi dengan air dingin. Saran sang istri agar mandi air
hangat tak ia indahkan.
Kendati
sakit, kegemarannya merokok tetap tak bisa ia hilangkan. Sesekali, sembari
terbaring, Soedirman mengisap rokok kretek. Melihat itu, istrinya hanya diam,
tak berani melarang. Karena bandel, Soedirman tidak juga pulih. Bahkan,
tim dokter tentara mendiagnosis ia menderita tuberkulosis, infeksi paru-paru.
Tak percaya akan hasilnya, keluarga meminta pemeriksaan ulang oleh dua dokter
tentara senior, Asikin Wijayakusuma serta Sim Ki Ay. Dan jawabannya sama dengan
observasi pertama. Soedirman pun dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.
Akhirnya tim
dokter memutuskan operasi penyelamatan dengan membuat satu paru-parunya tak
berfungsi. Pasca-operasi, menurut Soegiri, tim dokter berbohong kepada
Soedirman. Mereka mengatakan operasi itu cuma mengangkat satu organ kecil di
paru-paru yang menghambat saluran pernapasan. Sedangkan kata Teguh, dokter
memberitahukan ibunya perihal operasi itu. Sejak itu, Soedirman bernapas dengan
separuh paru-paru.
Usai menjalani operasi paru-paru pada November
1948, Soedirman hidup dengan sebelah paru. Ia pun harus mengonsumsi banyak
obat. Seperti codeine untuk mengobati gangguan pernapasan dan kinine
bagi penyakit malarianya.
Meski
sakit, sang Jenderal tidak sulit makan. Bahkan, ia tak pernah memilih-milih
menu. Semua makanan yang disediakan dapur umum dia santap. Pilihan makanannya
pun tidak beda dengan dengan jatah seluruh prajurit. Apalagi waktu itu masa
gerilya, semua serba seadanya. Kadang nasi berteman rebusan daun lembayung,
kadang-kadang tempe.
Pada Ahad pagi,
29 Januari 1950, setelah lama terkulai lemas sejak Oktober di rumah
peristirahatan tentara di Magelang, mendadak wajah Soedirman tampak cerah. Pagi
itu, Ahmad Yani, Gatot Soebroto, serta beberapa petinggi militer dan sipil
hadir. Setelah salat magrib, Soedirman memanggil istrinya ke kamar. Di dalam,
dia berkata, “Bu, aku sudah tidak kuat. Titip anak-anak. Tolong aku dibimbing
tahlil.” istrinya menuntunnya mengucap Laa Ilaha Illallah, dan Soedirman
mengembuskan napas terakhir.
Kisah Sandi, Bocah 4 Tahun yang Suka Merokok dan
Berbicara Kotor di Malang
Melihat pipinya
yang tembem dan badannya yang gendut seperti pesinetron dan bintang iklan
berusia bawah lima tahun (balita), Baim, tentu bisa menggemaskan banyak orang.
Pipi tembem dan tubuh gendut ini juga dianugerahkan Sang Khalik kepada balita
Sandi Adi Susanto yang kini tinggal di Jl Nusakambangan 19C, Kota Malang.
Apabila balita
ini diam dan tertidur, orang yang melihat dapat dipastikan juga akan merasa
gemas dengan bocah ini. Apalagi, omongannya begitu tegas dan blak-blakan apa
adanya. Namun, ternyata bocah yang lahir pada 18 Februari 2006 ini berbeda
dengan balita pada umumnya. Kalau balita lain kebanyakan senang mengisap jempol
tangan dan oleh orangtua dijauhkan dari hal yang dapat menyebabkan sakit,
justru Sandi sangat senang mengisap rokok dan berkata kotor atau mengumpat.
Ditanya siapa
namanya, balita itu dengan tegas menjawab Sandi Macan. Namun, beberapa saat
kemudian dia mengubah namanya menjadi Sandi Wedhus. Sandi mengaku berusia tiga
tahun. Sandi juga menceritakan sejumlah merek rokok yang disukai. ”Rokok ini
enak sekali,” kata Sandi sambil mengisap dalam-dalam asap rokok merek tertentu.
Sandi selama ini
memang tak pernah bermain dengan bocah-bocah sebayanya. Dia lebih memilih
bermain dengan orang dewasa. Informasinya, pernah Sandi diajak bermain panjat
pohon dengan bocah sebayanya. Begitu teman-temannya berada di atas pohon, Sandi
menegurnya dengan kata-kata kotor. Tentu saja teman-temannya ketakutan.
Sejumlah jukir yang siang itu berada di depan Gedung Gajayana membenarkan
jika Sandi perokok berat. Namun soal berapa batang atau berapa bungkus yang
dihabiskan tidak ada satupun yang bisa memastikan, alias tidak bisa menghitung.
Bagaimana tidak, tiap kali ada orang di dekatnya membawa rokok, Sandi selalu
minta sebatang dan langsung disedot.
Tampaknya, hidup Sandi lebih
banyak dihabiskan dengan teman-temannya di pinggir jalan ketimbang di pelukan
kedua orangtuanya. Sang ayah, Mulud Riadi sibuk mencari uang untuk
mempertahankan kepulan asap dapur sebagai tukang bangunan dari pagi hingga
petang. Sedangkan Mujiati menghabiskan waktu di rumah orang lain yang harus
dijaganya dari pukul 08.00 WIB hingga malam. Paling cepat pukul 22.00, Sandi
kembali ke pelukan mereka.
Seorang pedagang rokok yang kiosnya berada di depan Gedung
Gajayana, Ny Rebo, mengungkapkan, Sandi memang suka merokok. Selama ini dia tak
pernah membeli dengan uangnya sendiri. Biasanya Sandi dibelikan rokok oleh
teman-temannya yang telah dewasa.
Sandi mulai suka merokok ketika baru dapat berjalan
yaitu sekitar usia 1,5 tahun saat mereka masih tinggal di kawasan Kepuh,
Kecamatan Sukun, Kota Malang . Ketika itu, pagi hari setelah bangun tidur Sandi
meminta dibuatkan segelas kopi dan minta sebatang rokok.
Melihat perilaku anaknya itu, Mujiati mengaku belum
pernah memeriksakan ke psikolog. Mujiati maupun sejumlah warga menganggap apa
yang menimpa Sandi itu bukan kelainan, tetapi akibat ‘ditempeli’ neneknya yang
sudah meninggal.
Atas
desakan keluarga dan masyarakat akhirnya balita Sandi diasuh oleh Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dan dalam proses rehabilitasi agar tumbuh dan
berkembang seperti anak pada umumnya. Setelah diterapi secara intensif sebulan
lebih, akhirnya balita Sandi Adi Susanto, sembuh total dari kebiasaan merokok.
Bocah berusia empat tahun itu menjalani rehabilitasi dari kecanduan
nikotin dan penyembuhan kebiasaan berkata kotornya di Rumah Sakit Saiful Anwar,
Kota Malang. Menurut dr Mardhani Yoso Prawoto SpA (K) dari tim yang menangani
Sandi, balita itu sekarang sudah total berhenti merokok dan mengumpat. Seusai
keluar dari rumah sakit, Sandi harus mendapatkan lingkungan baru yang baik
sehingga tidak ada lagi gangguan dari orang-orang dewasa yang menawarinya rokok
atau mengajarinya berkata jorok.
Pengalaman Mantan Perokok: Bambang Heryanto
Saya merokok sejak masih SMA. Dan
ini berjalan sampai lulus kuliah, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Total
ada 10 tahun terus-menerus saya merokok. Banyak teman SMA serta teman kuliah
apabila bertemu suka bertanya ” Masih merokok apa tidak?”. Hal ini disebabkan
oleh karena saya dulu cukup kuat merokok. Banyak merk rokok yang sudah pernah
saya coba dalam waktu lama. Djarum 3 (saat itu ada rokok kretek keluaran Djarum
yang 1 bungkusnya hanya berisi 3 batang), Djarum 5, Djarum D, Djarum filter,
Bentoel Biru, Bentoel Kretek yang berisi 20 batang. Namun yang akhirnya menjadi
pilihan terakhir saya adalah Gudang Garam Filter. Sehari saya menghabiskan 2
bungkus rokok. Saya sehari menghabiskan 1 bungkus Gudang Garam Filter isi 16
dan isi 12. Saat itu harganya 650 rupiah untuk isi 16 batang dan 350
rupiah untuk yang berisi 12 batang.
Sejak
pertama kali mengenal rokok saya sudah mencoba berhenti. Namun ternyata tidak
mudah. Apa yang saya rasakan ternyata tidak sama dengan perokok yang lain. Para
perokok selalu mengatakan mulutnya kecut kalau tidak merokok. Saya tidak
merasakan hal seperti itu. Hanya saja saya merasa sesak napas kalau tidak
merokok. Para perokok mengatakan pilih rokok daripada makan. Namun saya tidak
pernah merasakan nikmatnya merokok saat perut kosong. Saat perut kosong asap
rokok akan membuat perut saya perih. Namun rasa perih ini saya tahan karena
apabila tidak merokok dada saya sesak, badan lemas entah kenapa. Padahal
saya bukan pengidap asma Sering saya mencoba berhenti merokok. Bahkan
sangat sering. Saat itu saya tidak bisa mengurangi karena entah mengapa setiap
kali saya berniat mengurangi rokok, justru yang saya hisap malah lebih banyak
dari biasanya!
Pernah
saya bertahan tidak merokok hampir sehari. Namun pada jam 21.00 pertahanan saya
jebol juga. saya melanggar niat berhenti merokok itu dan mengisap sebatang.
Namun karena sudah tidak merokok selama hampir sehari rasa rokok itu menjadi
aneh. Habis sebatang mulut menjadi terasa tidak enak dan dada terasa
sesak. Untuk menghilangkan rasa sesak dan tidak enak itu terpaksa saya merokok
lagi. Ternyata masih tidak enak. Merokok lagi dan pada rokok yang ke 4 saya
merasa enak. Rokoknya terasa enak dan ada tidak sesak lagi. Ternyata hal
tersebut menunjukkan saya sudah kecanduan. Karena sebagai zat addiktif nikotin
memberikan 2 efek yaitu psikologis memberi rasa tenang
serta fisiologis dimana nikotin merangsang sistem saraf
sehingga kita merasa nyaman yang mendorong kita untuk terus mencari rasa nyaman
tersebut. Dan ternyata efek nikotin berbanding lurus dengan dosis yang
digunakan. Apabila pada mulanya kita sudah merasa nyaman dengan nikotin dari
sebatang rokok, pada akhirnya dosis tersebut akan mencapai titik jenuh.
Saya
punya pengalaman berhenti merokok selama beberapa hari namun kambuh lagi karena
saya mau berkompromi, mencoba merokok lagi dengan anggapan karena sudah
berhenti maka tidak akan ada keinginan untuk merokok lagi. Namun ternyata
gagal. Maka kali ini saya berencana tidak akan berkompromi Dan benar. Saya
merokok 3 bungkus sampai dini hari. Saya harus habiskan rokok terakhir saya.
Dini hari saya tidur setelah rokok saya habis Esoknya saya bangun dengan rasa
seperti biasa saya rasakan setiap kali berhenti merokok yakni sesak napas dan
lemas. Terlebih saat itu saya ingat bahwa ini adalah hari pertama janji saya
untuk berhenti merokok membuat sesak napas dan lemas saya semakin terasa.
Saya
benar-benar sudah bulatkan tekad saya. Saat keinginan merokok itu muncul saya tidak
melawan dengan cara yang biasa orang ajarkan yakni makan permen tetapi saya
ganti dengan makan apa saja, nasi, jajan atau yang lain. Setiap kali ada rasa
ingin merokok maka saya makan. Namun kalau perasaan itu sangat kuat maka saya
mandi keramas. Tetapi kalau sudah tidak tertahan lagi saya kemudian mencoba
tidur. Sangat berat dan menyakitkan karena saya menghentikan kebiasaan
merokok ini secara tiba-tiba. Sebagaimana saya sampaikan, saya tidak bisa
mengurangi karena apabila saya coba kurangi, yang terjadi adalah rokok yang
saya konsumsi justru menjadi lebih banyak.
Kebiasaan
merokok membuat otak kita akhirnya terbiasa dengan “asupan” nikotin. Syaraf
sudah terbiasa dengan nikotin. Saat berhenti merokok secara tiba-tiba otak
masih belum mampu menerima hal tersebut. Otak masih menyimpan rekaman tentang
keberadaan nikotin dalam tubuh sehingga reaksinya sama dengan keadaan saat
nikotin masih berada dalam tubuh. Selama masa “perjuangan” tersebut saya tidak
keluar rumah sama sekali. Saya juga tidak mau menemui orang, khususnya
teman-teman saya. Saya betul-betul di rumah dan kegiatan saya adalah: makan dan
makan, mandi, tidur. “Beruntung” saat itu saya baru berhenti bekerja (saat itu
saya berwirausaha) sehingga saya bisa mengurung diri di rumah.
Dalam
waktu singkat bobot saya naik 5 kg, bahkan 8 kg. Siksaan sesak dan lemas makin
lama makin berkurang sekalipun tidak sama sekali hilang. Namun karena dari
pengalaman setiap kali saya coba-coba merokok lagi akan berakhir dengan
ketagihan maka saya tidak mau lagi coba-coba Sampai sekarang ini sudah 21 tahun
saya tidak merokok. Keinginan merokok itu kadang masih muncul bahkan kadang
muncul dalam mimpi saya. Bahkan dalam mimpipun saya sering merasa menyesal
telah merokok lagi. Untung itu hanya dalam mimpi. Saya tidak mau coba-coba lagi
karena saya tahu apabila saya coba-coba lagi akibatnya akan keterusan. Berhenti
merokok bukanlah persoalan mudah. Itulah sebabnya menurut penelitian hanya 3%
perokok yang mampu berhenti total merokok. Berhenti merokok bukanlah
persoalan mudah. berhenti merokok itu sangat sulit dan sangat berat namun
apabila kita punya niat yang sangat kuat maka kita akan bisa menghentikannya.
Kisah Seorang Gadis yang Meninggal Karena Jadi
Perokok Pasif
'Bagi para ortu perokok, aku mohon
banget supaya ngerokok sejauuuh mungkin dari anaknya walau sampai anak dewasa
supaya jauh dari kemungkinan terkena flek paru'.
Begitulah tulisan Noor Atika Hasanah dalam statusnya di Facebook dan Twitter, tiga hari sebelum kematiannya yang mengagetkan rekan-rekannya di jejaring sosial. Bagaimana teman-temannya tidak kaget, karena 10 jam yang lalu, perempuan kelahiran 8 November 1982 itu masih sempat membuat status di Twitter dan Facebook. Dalam status Facebook dan akun Twitternya @tikuyuz, perempuan yang oleh teman-temannya disapa Tika ini menulis status terakhirnya, bahwa ia sudah satu malam berada di RS Sulianti Saroso Sunter dan sedang menunggu hasil infeksinya.
Namun tiba-tiba
pada Kamis 30 Desember 2010 pukul 14.00 WIB, dikabarkan perempuan manis
tersebut telah meninggal dunia. Tika adalah salah satu korban yang meninggal
akibat perokok pasif. Dalam status-statusnya Tika menegaskan dia tidak merokok
tapi dia adalah korban dari asap si perokok.
Dia menulis dirinya terkena flek paru dan divonis dokter menderita Bronchopneumonia Duplex. Meski sudah divonis menderita penyakit paru parah, dia mengaku tidak menyerah dengan penyakit ini.
"Well, hello Bronchopneumonia Duplex! I'm not afraid of you :))," kata Tika dalam status Twitternya pada 24 Desember 2010.
Akibat penyakitnya ini Tika mengaku berat badannya melorot hingga 35 Kg padahal normal berat badannya 42 Kg. Penyakit ini telah membuatnya sering mengalami sesak napas, batuk keras dan pilek. Kematian Tika kembali menyadarkan orang betapa bahayanya efek merokok walaupun kita bukan perokok. Sudah tak terhitung berapa banyak korban sakit paru-paru dari orang yang bukan perokok. Terperangkap dalam lingkaran para perokok, membuat si perokok pasif punya potensi 30 persen terkena penyakit mematikan mulai dari flek paru hingga kanker paru-paru.
Dia menulis dirinya terkena flek paru dan divonis dokter menderita Bronchopneumonia Duplex. Meski sudah divonis menderita penyakit paru parah, dia mengaku tidak menyerah dengan penyakit ini.
"Well, hello Bronchopneumonia Duplex! I'm not afraid of you :))," kata Tika dalam status Twitternya pada 24 Desember 2010.
Akibat penyakitnya ini Tika mengaku berat badannya melorot hingga 35 Kg padahal normal berat badannya 42 Kg. Penyakit ini telah membuatnya sering mengalami sesak napas, batuk keras dan pilek. Kematian Tika kembali menyadarkan orang betapa bahayanya efek merokok walaupun kita bukan perokok. Sudah tak terhitung berapa banyak korban sakit paru-paru dari orang yang bukan perokok. Terperangkap dalam lingkaran para perokok, membuat si perokok pasif punya potensi 30 persen terkena penyakit mematikan mulai dari flek paru hingga kanker paru-paru.
Perokok
pasif biasanya menghirup asap yang berasal dari pembakaran rokok dan juga asap
yang dikeluarkan oleh seorang perokok aktif. Menjadi perokok pasif sebenarnya
tanpa disadari telah membuat seseoran menjadi perokok. Biasanya perokok pasif
ini berada di rumah, mobil, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya seperti
bar. Untuk melihat seberapa besar perokok pasif terpapar asap rokok dapat diuji
dengan mengukur kadar nikotin, cotinine dan karbon monoksida dalam darah, air
liur atau urinnya. Cotinine ini adalah suatu hasil produk metabolisme nikotin
dalam tubuh.
Diperkirakan orang yang menjadi perokok pasif berpeluang terkena kanker
paru-paru 20 sampai 30 persen. Tapi jika perokok pasif tersebut tinggal bersama
dengan seorang perokok aktif maka peluangnya menjadi lebih besar. Karena ada
kemungkinan orang tersebut terpapar asap rokok setiap harinya, sehingga
akumulasi dari zat-zat kimia tersebut semakin besar. Beberapa penelitian lain
menunjukkan asap rokok tak hanya menimbulkan kanker paru-paru saja, tapi juga
kanker payudara, kanker rongga sinus hidung, leukimia, limfoma dan tumor otak
pada anak-anak. Tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk hubungannya
dengan kanker-kanker ini.
Paparan dari asap rokok ini bisa mengiritasi saluran udara dan memiliki
efek bahaya langsung terhadap jantung dan pembuluh darah. Di Amerika Serikat
sendiri perokok pasif telah menyebabkan penyakit jantung sebesar 46.000 setiap
tahunnya. Jika
Anda seorang perokok pasif dan tidak ingin terkena kanker paru-paru, sebaiknya
hindari tempat-tempat yang memiliki asap rokok serta cobalah untuk tidak
terlalu dekat dengan perokok. Selain itu, perbanyak makanan yang mengandung
antioksidan dan terapkan pola hidup sehat. Dan buat para perokok menjauhlah
agar orang-orang terdekat Anda tidak menjadi korban.
Pengalaman Seseorang Berhenti Merokok di Bulan
Puasa
Momen
puasa sangat membantu bagi yang punya niat berhenti merokok. Seorang mantan
perokok berat telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok tidak hanya berhenti
saat puasa saja, tetapi bisa berlanjut hingga ke bulan-bulan berikutnya.
Saryono
(28 tahun), seorang sopir di sebuah perusahaan jasa transportasi dan pengiriman
barang sudah mengenal rokok sejak SMP. Bukan cuma rokok filter yang dihisapnya,
laki-laki asal Cilacap ini dulunya juga merokok kretek dan tembakau linting
yang kadang dicampur kemenyan. Kesadaran untuk berhenti merokok bisa dibilang
agak terlambat, karena baru dialaminya sekitar tahun 2009 ketika ia mulai
sering batuk-batuk dan napasnya mulai sering sesak. Beberapa kali ia mencoba
untuk berhenti merokok, namun gagal karena ia merasa sudah dalam tahap kecanduan.
Akhirnya,
laki-laki beranak satu ini menemukan momen yang tepat untuk menghentikan
kebiasaan merokoknya. Tepat pada bulan Ramadan di tahun tersebut, ia
membulatkan tekad untuk benar-benar stop merokok sama sekali tanpa harus
dikurangi sedikit-sedikit. "Sangat terbantu, karena selama Ramadan itu
banyak kegiatan. Dari saya sendiri juga sudah ada keinginan kuat untuk berhenti
merokok, akhirnya waktu itu bisa berhenti sama sekali" tutur Saryono.
Begitu juga
setelah bulan puasa berakhir, Saryono masih berhasil menjaga jarak dengan rokok
di bulan-bulan berikutnya. Keluhan batuknya mulai berkurang, serak-serak dan
juga sesak napas juga sudah tidak dialaminya lagi semenjak jauh dari rokok. Hanya
saja, pengaruh lingkungan kerja yang memang didominasi oleh para perokok
menjadi tantangan berat bagi Saryono yang sudah pernah begitu merasakan
nikmatnya menghisap tembakau. Akhirnya setelah setahun menyatakan diri bersih
dari rokok, laki-laki ini terjerumus lagi. "Iya, akhirnya memang merokok
lagi. Tapi setidaknya saya sudah berhasil selama setahun. Rokoknya juga sudah
tidak sekencang dulu, sampai sekarang paling banyak sehari 2 bungkus dan bukan
tembakau linting lagi. Cuma rokok putih, yang mild saja beraninya," kata
Saryono.
Tahun ini, Saryono ingin
memanfaatkan momen yang sama yakni bulan puasa untuk mengulang kisah suksesnya
3 tahun silam. Hingga hampir sepekan berpuasa, ia berhasil melawan godaan
rekan-rekan kerjanya yang selalu merokok bersama saat berbuka maupun setelah
sahur. Belajar dari kesalahan sebelumnya, Saryono yakin kali ini dirinya bakal
benar-benar berhenti merokok untuk selamanya. Tekadnya sudah bulat, istri
mendukung dan dari dirinya sendiri mulai ingin serius memikirkan kebutuhan
anaknya yang kini sudah berusia 4 tahun dan akan segera masuk TK.
=========================================================
Tuliskan jika anda pernah mendengar
kisah unik lainnya berkaitan dengan rokok, anda juga bisa menceritakan
seseorang disekitar anda yang memiliki pengalaman dengan rokok.
Komentar:
nice, tapi untuk kembangin niat masih belum cukup. niat yang susah kk.
ReplyDeletesaya mulai merokok saat kelas 2 sma, saat ayah saya keluar rumah , saya dan saudara2 merokok bersama gudang garam sehabis makan.Nikmat sekali rasanya. Dan saat sy kuliah di malang mulai rutin konsumsi rokok jadi kesimpulannya mulai rokok tahun 1989 tiba2 tahun 2016 setelah 26 tahun ada tekad kuat berhenti, wah sulit memang, setiap siang minta ijin pimpinan tidur di ruang gudang arsip karena ngantuk dan lemas banget. tdk sia2 perjuangan sekarang sdh sekitar 8 bulan bebas rokok sama sekali.teman kantor masih jalan terus rokoknya. sekarang sdh melewati titik kritis, sama sekali tdk ingin merokok lagi..sebetulnya gampang sekali berhenti merokok cuma modal tekad doang spt baja tapi.
ReplyDeleteapakah ada review tentang orang yang berhenti merokok dengan mengkonsumsi permen?
ReplyDelete